Catetin catetan #269

Ya, anda benar sekali. Jika membaca judul tersebut, di benak anda terbersit Jakarta.

Ondel-ondel adalah sejenis barong. Sebutan awalnya adalah barongan. Ondel-ondel sebagai pelengkap dalam ritual mengusir roh jahat. Adalah jasa bang Ben, panggilan akrab Benyamin Sueb, dua boneka besar itu berganti nama jadi ondel-ondel.

Kini ondel-ondel menjadi salah satu maskot. Hampir disetiap tempat perkantoran pemda ada ondel-ondel. Boneka besar itu seakan menyambut setiap orang yang datang. Sebagai sebuah produk budaya lokal, ondel-ondel layak dilestarikan. Wajar jika pemda mewajibkan setiap kantor pemerintahan terpasang ondel-ondel. Posisi keduanya ada di depan lobby atau pintu masuk kantor.

Namun sudah hampir setahun ini penulis sering menemukan ondel-ondel berkeliaran di jalan provinsi. Jalan sambil goyang-goyang diiringi musik. Terkadang musik yang mengiringi instrumen lagu--lagu kekinian. Ada juga lagu-lagu khas betawi. Positifnya, anak-anak jadi tahu boneka itu bernama ondel-ondel. Mereka mengenal bahwa ondel-ondel merupakan ciri khas betawi. Anak-anak pun sudah tidak takut lagi.

Negatifnya, produk budaya ini turun derajatnya. Ondel-ondel dijadikan alat mencari uang dipinggir jalan. Sangat disayangkan. Mobilisasi orang-orang yang mempertontonkan ondel-ondel dengan cara yang kurang layak. Pemerintah daerah sudah sepantasnya menertibkan cara-cara ini. Orang-orang yang mengorganisir mereka diberi pengertian dan fasilitas pelatihan. Tujuannya agar ondel-ondel tidak lagi berkeliaran dari ba'da maghrib sampai tengah malam. Selain itu menempatkan produk lokal ini lebih baik lagi.