Situs Bersejarah Marunda
Coretan ringan #176
Idul Adha tahun ini, saya dan keluarga menikmati sepoi angin laut di Marunda. Cukup lama tidak bersilaturrahim dengan orang-orang Marunda Baru. Dulu orang mengenalnya dengan sebutan sarang bango. Lho, kenapa? Kampung-kampung di Jakarta memang sebagian besar dinamai oleh keterkenalan kampung tersebut. Kampung itu disebut sarang bango karena memang sangat banyak bango yang singgah setiap harinya, terutama sore hari. Saat masih kuliah, saya sering mengajak adik-adik untuk menikmati senja di pinggir tambak-tambak, di areal angkatan laut tempat gudang senjata. Setiap menjelangsore bago-bango turun menukik mencari ikan atau sekedar minum dan bercengkrama. Nikmat sekali pemandangan tersebut untuk dilewatkan. Sayang, kini tinggal cerita, gudang senjata angkatan laut itu kin telah banyak berubah fungsi. Tambak-tambak sudah banyak diurug dibangun rusun untuk anggota angkatan laut.
Saat memasuki wilayah sarang bango, kita sudah dihidangkan pergudangan kontainer, sebelah kirinya POM Bensin dan Pos elpiji, sepanjang jalan ang tadinya tambak-tambak kini berubah jadi gedung PLN dan rusun. Di kejauhan sedang dibangun pergudangan konteiner baru. Lenyap sudah pemandangan yang sering saya nikmati di sore hari. Mengapa kita begitu egois ya, sampai-sampai tempat bermain para bango kita rebut juga?
Untuk mengobati kekecewaan, saya mengajak tiga krucil dan neneknya menyambangi rumah pahlawan betawi, bisa jadi leluhur saya, rumah bang Pitung dan masjid Alam di sebelah utara pantai Marunda.
Nyambung ah ....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan informatif, sangat bermanfaat, Pak Kasmadi. Sukses selalu. Salam literasi
Terima kasih pak
Kebayang suasana dulu... bagus pak kas.. sy sampe bisa ikut membayangkan suasana kampung pak kas... superrrrr
Hahaha itu bukan kampung saya, kampung org yg saya aku
itulah mengapa sekarang jakarta sering banjir, karena tempatnya air berubah menjadi hutan beton...
Benar p wahyu
Mantap ceritanya, sehat selalu dan tetap semangat.
Terima kasih pak
Yaaa... Si Bango pindah kemana ya pak?
Mungkin migrasi
Ditunggu sambungan ceritanya Bang kasmadi... sama foto rumah si Pitung yaak
Wah .... boljugbdeh
keren kolomnya pak Kas
Terima kasih pak
sangat menginspirasi sekali
Aduh sy jd malu
salam Idul Adha n salam literasi ya
Barakalloh
Mengenalkan sejarah nenek moyang ya pak. Keren
Memang hrs dikenalkan ya, spy tdk kehilangan obor kt engkong ...
Yaaelahh nunggu besok lagi dong....
Sabar ye nok
Hebat babeh!
Terima kasih
Mantap, Bang.
Terima kasih
nyok, nyambungin dah...
Ayo